Selasa, 18 Desember 2012

Pembudidayaan Kelinci Hias



 
Disusun oleh :
Yanuar Puspitasari / XIS 2 / 31

      

 BAB I
Landasan Teori
                   
Istilah kelinci (indonesia), rabbit (Inggris), atau arnab yang digunakan orang Arab atau Malaysia adalah bagian dari dunia satwa yang cukup mengundang ketertarikan setiap orang. Makhluk unik yang memiliki nilai manfaat mulai dari daging, bulu ,feses, dan air kencingnya ini terus berkembang dan mampu mengisi ruang publik pembicaraan dalam dunia peternakan kita. Akhir-akhir ini fenomena kelinci hias sering muncul diberbagai media cetak ataupun elektronik. Di tanah air serasa mendapat pemandangan yang unik dengan peliharaan ini. Beberapa stasiun televisi maupun media cetak memandang sebagai sebuah fenomena hobi, bukan bisnis (peternakan). Kecenderungan ini wajar, mengingat selama ini kita hanya tahu bahwa kelinci yang dipelihara di Indonesia jenisnya monoton dan dipelihara untuk konsumsi daging. Dua tahun terakhir ini kelinci hias import dari berbagai negara sudah mulai menjamur, namun tergolong sedikit dan hanya beredar di daerah pulau Jawa seperti : Parongpong dan Lembang (Bandung), sebagian di Malang (Jawa Timur) dan beberapa kota lain.
Penghasil daging, bisa sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi keluarga. Di antara jenis kelinci penghasi daging adalah : Vlaams, New Zealand, White England dll. Penghasil anakan atau bibit, ditujukan untuk mendapatkan ternak pengganti (replacement stock) dan juga ternak hias. Jenis kelinci yang banyak diminati untuk ternak hias antara lain : angora, lion, dan rex totol.
Penghasil bulu dan bahan industri, sebagai contoh adalah kelinci jenis angora. Dalam setahun seekor kelinci angora mampu menghasilkan 100-200 gram wool dengan 4 kali pemotongan. Tetapi di Negara kita belum ada yang mengusahakan. Hanya ada beberapa saja yang mau mengusahakan industri tersebut.Selain perawatannya yang cukup sulit harganya pun relatif  mahal,serta peminatnya pun sebagian besar dari kalangan menengah keatas.